Lai pernah sanak mandengar nama paja ni?. Kutu loncat. Nama ilmiahnya psylidae. Kutu loncat termasuk ordo hemiptera pada kelas insecta. Lengkapnya sang kutu ini merupakan kingdom animalia dan filum antrhopda. Ini istilah biologi sanak. Dan ndak perlu pula sanak pikirkan benar.
Tapi jangan sanak bacakan lo ke mak Sidi. Naik tensi liau mendengarnya nanti tu. Ini hanya untuak kalangan terbatas. Cie..cie…cie….
Pagi nan manyogot ini mak Sidi lah duduk di lapau kopi simpang bundaran. Agaknya dari surau gedang sesudah sembahyang subuh mamak kita ni langsuang ke lapau. Prilaku statusquo mak Sidi memang canda itu.
Kaba baraliah hanyo lagi. Sungguh baralih sinan juga. Hep ta ti.. hep ta ti…..
Sudah beberapa hari belakangan, Jorong Koto Mudiak kedatangan mahasiswa KKN. Sebanyak 14 orang anak anak mahasiswa itu tinggal di rumah pendududuk. 8 orang yang pedusi di rumah Tek Kiyah, 6 orang yang kilaki di rumah pak Jorong.
Sejak adanya mahasiswa KKN ini, banyak kegiatan anak nagari terselenggara dengan meriah. Kompetisi volly, futsal, lomba baju basiba untuk induk induk. Gotong royong membersihkan bandar kampung. Semua kegiatan tersebut berjalan dengan meriah. Anak nagari yang biasanya mager, kini terlihat aktif dan bersemangat.
Kembali ke tekape.
Sambil menghirup teh telur saka tiga lenggek, mata mak Sidi tidak berkedip mengawasi layar televisi. Kebetulan stasiun tv sedang menyiarkan talkshow. Para narasumber di layar asyik membahas cara bertanam cabe.
“Assalamualaikum…!” Beberapa mahasiswa KKN rupanya memasuki lapau.
“Kumsalam” Buyung Taba yang duduk dekat pintu masuk mewakili sesisi lapau, menyahut.
4 orang mahasiswa itu mengambil tempat duduk di sebersng palanta mak Sidi.
“Permisi pak” salah seorang merangkapkan telapak tangannya ke dada sambil menyapa ke arah mak Sidi
“Iya. Silakan duduak nakan” sahut mak Sidi sambil matanya tetap ke arah layar tv. Acara talkshow itu tampaknya akah berakhir
Setelah memesan minum dan menyulut rokok para mahasiswa itu bebasa basi ke arah para warga lapau.
“Acara apa tadi, mak?”
“Penyuluhan, nakan” sahut mak Sidi. “Baa cara cara menanam lado yang baik” lanjutnya.
“Ooo…. kebetulan ini kawan kami si Joni, adalah mahasiswa pertanian, mak” kata salah seorang sambil.menunjuk temannya yang memakai kaos biru.
“Sebenarnya mamak kali ni sudah sejak kacik lagi berlado” jumawa mak Sidi.
“Belum ke jelas di kelian lagi bagai mana cara menanam lada yang baik tu”
“Kalau lada untuk daerah kita ini nggak cocok, mak” potong Joni si mahasiswa pertanian.
“Apa pula ndak cocok nye kamu ni. Tuluk tahun mamak menanamnya di ladang. Bahkan pekan yang lepas ni baru lagi mamak tanam.” Sengit mak Sidi. Memang kalau dibantah mamak kita ini otomatis tegang urat lehernya.
“Kan ikut kalian ke ladang mamak tempo hari” lanjutnya.
“Tapi yang di ladang mamak itu cabe, mak”
“Cabe apa pula nye kelian ni. Dari ninik saya dulu, lada disebutnya tu.” Terang mak Sidi. ” Ndak ke tentu di kelian tu doh”
Budi yang duduk di sebelah Joni menyenggolkan kakinya ke arah Joni. Akhirnya Jonipun paham.
“Yang kurang paham mamak adalah tentang banyaknya ulat yang menyerang lada tu” suara mak Sidi mulai menurun. Bahkanada pula kutu bagai”
“Memang efek negatif dari penggunaan pestisida yang tidak terkendali antara lain munculnya hama varian baru, mak” terang Joni.
Mak Sidi hanya mengangguk aguk saja mendengar penjelasan Joni. Tidak ada informasi yang sahih, apakah mak Sidi mengerti atau hanya sekedar mengangguk angguk sahaja.
“Kalau kutu loncat, bagaimana pula tu?”
“Tergantung dari sisi mana, mak” sambut Budi.
“Eh, banyak pula jenisnya tu ya. Apa saja tu?”
“Kalau dari bidang pertanian bisa dijelaskan oleh Joni, mak”
“Cobalah terangkan, nakan”
“Ijin, mak.” Akhirnya Joni memaparkan penjelasan tentang kutu loncat mulai dari nama latin sampai ke sifat sifat makhluk itu.
Mak Sidi kelihatanya tambah pening. Namun seperti biasa, mamak kita tetap memasang stelan yakin.
“Banyak juga kawan kawan kutu tu ya” sambil menghisap dalam dalam rokok yang terseli di jarinya. ” kalau dari sisi yang lain bagaimana pula tu?”
Budi menggamit Tondi
“Coba lu jelasin Ton. Dari perspektif manajemen.”
Tondi yang diminta menjelakan memutar arah duduknya.
“Dalam manajemen, terminologi kutu loncat ini dikenal sebagai job hopping.
Mengutip dari berbagai sumber, job hopping adalah perilaku bapindah2 pekerjaan dalam waktu yang relatif pendek.
Fenomena job hopping saat ini marak terjadi di kalangan muda. Banyak gen milenial bahkan gen z yg terjangkit “virus” job hopping.
Job hopping atau kutu loncat ini adalah orang yg cenderung tidak merasa puas dengan posisinya saat ini. Selalu tergiur dengan posisi lain di luar dirinya.
Job hopping diartikan sebagai kutu loncat dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Minang makna ini lebih dekat ke idiom rambang mato.
Umumnya orang yg job hopping adalah orang yg memiliki ambisi yang besar. Baru saja menduduki jabatan A, dia akan mengejar jabatan B. Katika di posisi B dia akan mengambil ancang ancang ke posisi C. Biasonya job hopper tidak peduli dengan jabatan yang ditinggalkan demi mengejar jabatan baru. Itulah kutu loncat alias job hopping.”
Toni menjelaskan panjang lebar
“Serupa benar dengan gaya ketua bamus kita tu ya” kali ini mak Sidi memberikan respon yang antusias. Ini menandakan apa yang diuraikan Tondi tadi menarik perhatian beliau.
“Emangnya gimana pak Ketua Bamus kita tu, mak?” Sambut Budi.
“Ada tau kalian? Tan Basa, ketua Bamus kita tu dulunya adalah Jorong kita.” Terang mak Sidi. ” baru setahun jadi jorong ikut pula di pemilihan Bamus. Kini terdengarnya akan ikut pula dia pemilihan wali tahun muka. Ndak selesai sebuah sebuah nampak di mamak”
Para mahasiswa KKN tersebut tidak memberikan tanggapan.
“Tan Basa ni orangnya susah dipegang keceknya ni. Hati hati sajalah kalian dengannya.” Nasihat mak Sidi.
Anak anak muda tersebut hanya tersenyum menanggapi
“Tidak harap hati mamak dia akan melaksanakan tugasnya nanti tu. Pasti nanti hendak pindah pula dia ke tempat lain. Apa tidak saja tunya”
“Tapi banyak juga pemilih beliau tu, pak?”akhirnya Budi bertanya juga.
“Orang yang tidak tahu kulikat dia, tetap akan memilih dia. Mamak ndak mungkin percaya le dia. Bertambah pula rukun iman nanti tu”
.
.
.
To be continue